Khamis, November 09, 2006


Sebuah Sajak Yusuf Fansuri

JAUH DEKAT

Menelusuri jalan

kita lalui pernah

kenangan memintas

di setiap simpang

ingatan

Resah hati

memulas rindu

wajahmu bersayap

hinggap di setiap

ranting minda

Jam berdetik

lambat terlalu

waktu bangkit

membunuh aku!




Sebuah Sajak Yusuf Fansuri
KEDUA YANG PERTAMA
Untuk NIYA


ingin tak bisa
aku pertahan
di medan
taruhan jiwa

hati aku
debar zulaikha
tatkala menatap
wajahmu

di tangan luka
tak terasa
dihiris tajam
mata cinta


meski berkali
aku tempah seksa
demi rasa dekat
padamu


berilah ruang
pada aku biarpun
sejengkal cuma
sedetik bertakhta
kedua yang pertama!




CINTA PERTAMA
Karya
Wislawa Szymborska
terjemahan bebas Yusuf Fansuri

Mereka kata
cinta pertama terpenting paling.
Ia cukup romantik
tapi tidak pada aku.

Ada sesuatu antara kita , namun tiada
Ada sesuatu dan telah berlalu.

Tangan aku tak gementar
tatkala tersua hadiah kecilmu
atau warkah-warkah lama berpintal ikat
− bukan pula reben.


Satu-satunya pertemuan lewat ini tahun
adalah perbualan antara dua kerusi
di meja dingin.

Cinta lain
di dalam aku masih bernafas.
Yang ini hilang udara ‘tuk mengeluh.

Tapi masih, seperti dahulu lagi
mampu buat sesuatu orang lain masih belum tentu:
tak bisa diingati
tak bisa diimpi
membunuh aku mati!

Isnin, November 06, 2006

Sebuah sajak kontang
Yusuf Fansuri

KHILAF KHALIFAH

usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang

ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata

kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah



ULASAN SAUDARA YANG BERGELAR PENAGUNUNG TERHADAP PUISI DI ATAS;

yang kontang pada dasarnya suatu kondisi ekstreme. sehingga pada
satu tahap, ia tak dapat berkompromi dengan apa-apa suggestion.

begitu juga sifatnya dengan sajak kontang unjuran saudara
yusuffansuri si moderator laman ini.

sajaknya memang tidak bisa berkompromi dengan sesiapa dan apa-apa
saja. lihat saja betapa terang suluhannya terhadap khilaf khalifah
itu.


usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang

ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata

kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah

beliau seorang penyair yang suka bermain bunyi-bunyi huruf.
sehingga terdengar seperti satu gemersik lagu yang indah.

namun paling penting ialah amanat yang tersurat dan tersirat. 'layar
terkembang'nya itu menampilkan satu drama manusia pencekup.

'seorang bijak pura' katanya pintar amat 'bermain silap mata'. tapi
yang paling menusuk ialah kalimat 'menghunus keris patah'.

itukan gambaran penuh sinikal terhadap bangsa melayu yang
sememangnya budaya keris itu keramat.

orang melayu kerisnya sudah patah. ini gambaran kebudayaan yang
sudah sampai ke peringkat kritikal.

lalu, saya menanggapi ini kritik sosial bukan saja terhadap konsep
khalifah tetapi masyarakat kita.

memang puisi ini kontang, biar disirami air bergalon namun
kekontangan tidak dapat dikompromi.