Sebuah sajak kontang
Yusuf Fansuri
KHILAF KHALIFAH
usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang
ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata
kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah
Yusuf Fansuri
KHILAF KHALIFAH
usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang
ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata
kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah
ULASAN SAUDARA YANG BERGELAR PENAGUNUNG TERHADAP PUISI DI ATAS;
yang kontang pada dasarnya suatu kondisi ekstreme. sehingga pada
satu tahap, ia tak dapat berkompromi dengan apa-apa suggestion.
begitu juga sifatnya dengan sajak kontang unjuran saudara
yusuffansuri si moderator laman ini.
sajaknya memang tidak bisa berkompromi dengan sesiapa dan apa-apa
saja. lihat saja betapa terang suluhannya terhadap khilaf khalifah
itu.
usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang
ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata
kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah
beliau seorang penyair yang suka bermain bunyi-bunyi huruf.
sehingga terdengar seperti satu gemersik lagu yang indah.
namun paling penting ialah amanat yang tersurat dan tersirat. 'layar
terkembang'nya itu menampilkan satu drama manusia pencekup.
'seorang bijak pura' katanya pintar amat 'bermain silap mata'. tapi
yang paling menusuk ialah kalimat 'menghunus keris patah'.
itukan gambaran penuh sinikal terhadap bangsa melayu yang
sememangnya budaya keris itu keramat.
orang melayu kerisnya sudah patah. ini gambaran kebudayaan yang
sudah sampai ke peringkat kritikal.
lalu, saya menanggapi ini kritik sosial bukan saja terhadap konsep
khalifah tetapi masyarakat kita.
memang puisi ini kontang, biar disirami air bergalon namun
kekontangan tidak dapat dikompromi.
satu tahap, ia tak dapat berkompromi dengan apa-apa suggestion.
begitu juga sifatnya dengan sajak kontang unjuran saudara
yusuffansuri si moderator laman ini.
sajaknya memang tidak bisa berkompromi dengan sesiapa dan apa-apa
saja. lihat saja betapa terang suluhannya terhadap khilaf khalifah
itu.
usah mudah tertipu
segala gerak dan laku
daya tipu aksi dan reaksi
di hadapan layar terkembang
ada beza lidah tulus
dengan bicara jujur
seorang bijak pura
di hadapan umat junta
bermain pintar silap mata
kita mudah melatah
menghunus keris patah
saat memilih khalifah
adalah khilaf sejarah
beliau seorang penyair yang suka bermain bunyi-bunyi huruf.
sehingga terdengar seperti satu gemersik lagu yang indah.
namun paling penting ialah amanat yang tersurat dan tersirat. 'layar
terkembang'nya itu menampilkan satu drama manusia pencekup.
'seorang bijak pura' katanya pintar amat 'bermain silap mata'. tapi
yang paling menusuk ialah kalimat 'menghunus keris patah'.
itukan gambaran penuh sinikal terhadap bangsa melayu yang
sememangnya budaya keris itu keramat.
orang melayu kerisnya sudah patah. ini gambaran kebudayaan yang
sudah sampai ke peringkat kritikal.
lalu, saya menanggapi ini kritik sosial bukan saja terhadap konsep
khalifah tetapi masyarakat kita.
memang puisi ini kontang, biar disirami air bergalon namun
kekontangan tidak dapat dikompromi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan